1.Rumah diambil alih oleh hacker
Dengan semakin berkembangnya teknologi otomatisasi rumah pintar, seperti CCTV, penjahat cyber diklaim dapat memanfaatkannya sebagai modus baru serangan mereka.Hal ini semakin dikuatkan dengan tidak adanya perlindungan yang memadai terhadap teknologi-teknologi terkoneksi internet yang ada di rumah. Bahkan, CCTV terbaik di pasaran pun masih sering bisa dibobol oleh hacker dan berbalik mengawasi penggunanya.
Lebih jauh, serangan hacker akan berubah menjadi konsepone-offdan menyasar perangkat yang saling terhubung dalam sebuah rumah 'pintar' seperti home router, Smart TV dan aplikasi mobile yang terkoneksi, misalnya mendapatkan untuk informasi penting dan pribadi.
2.Perangkat mobile jadi sasaran utama serangan cyber
Perubahan tren perangkat mobile yang bergeser ke arah dompet digital juga membawa dampak negatif tersendiri. Keberadaan Apple Pay dan teknologi NFC (Near Field Communication) bisa dijadikan pintu masuk serangan hacker.
Perangkat mobile memang dipandang sebagai target serangan baru mengingat smartphone dan tablet kini kerap dipakai sebagai media penyimpanan data pribadi dan rahasia utama dari seorang individu.
3.Privasi pengguna dilenyapkan oleh aplikasi mobile
Saat banyak pengguna internet enggan berbagi informasi identifikasi pribadi dan perbankan secara online, ternyata masih banyak yang bersedia untuk berbagi informasi mengenai lokasi mereka, serta memberikan akses untuk melihat foto-foto, daftar kontak, dan informasi kebugaran, semuanya untuk aplikasi mobile.
Celakanya, banyak konsumer benar-benar tidak tahu apa yang mereka setujui ketika mengunduh aplikasi. Misalnya Norton Research menunjukkan bahwa meskipun Millennial mungkin berpikir mereka tahu apa yang mereka berikan untuk diakses, kenyataannya adalah mereka tidak banyak mengetahui apa yang mereka setujui mengenai pertukaran informasi untuk aplikasi.
Hal ini pun menjadi celah tersendiri bagi oknum-oknum yang doyan mengembangkan aplikasi dan virus untuk tujuan kejahatan. Tak pelak, privasi dan data pengguna pun dapat lenyap dalam sekejap mata saat aplikasi mobil jahat itu terinstal.
4.Penipuan berbasis virus merajalela di internet
Menurut laporan Internet Security Threat Symantec, serangan ransomware (penipuan internet) tumbuh sebesar 500 persen dan berubah menjadi ganas di akhir 2013. Pertumbuhan ini disebabkan oleh keberhasilan Ransomcrypt, yang secara umum dikenal sebagai Cryptolocker.
Kasus penipuan internet di tahun 2015 diklaim juga terus berkembang dan cenderung berbasis virus. Apalagi perkembangan sistem pembayaran online kian memudahkan mereka mendapat uang tebusan.
Aksi-aksi menyandera dokumen yang terenkripsi untuk ditebus bukan hal yang sama sekali baru, tetapi mendapatkan uang tebusan sebelumnya telah terbukti merupakan masalah bagi para penjahat. Namun, baru-baru ini para pembuat ransomware sudah mulai memanfaatkan sistem pembayaran elektronik dan online seperti Bitcoins.
5.Kegiatan Hacking DDoS akan 'meledak'
Kemudahan melancarkan serangan berbasis hacking DDoS diprediksi akan membuat persebaran virus ini semakin gencar di tahun 2015. Motivasi di balik serangan DDoS pun makin beragam, misalnya mencari keuntungan, balas dendam, atau aksi hacktivism saja.
Apalagi saat ini sudah mulai terjadi peningkatan dalam penyusupan server Unix dan bandwidth tinggi yang menjadi tanda serangan dari DDoS. Skala serangan pun akan semakin besar, di akhir tahun ini saja Korea Utara sempat dilaporkan lumpuh internetnya akibat serangan hacking DDoS.
Dengan semakin berkembangnya teknologi otomatisasi rumah pintar, seperti CCTV, penjahat cyber diklaim dapat memanfaatkannya sebagai modus baru serangan mereka.Hal ini semakin dikuatkan dengan tidak adanya perlindungan yang memadai terhadap teknologi-teknologi terkoneksi internet yang ada di rumah. Bahkan, CCTV terbaik di pasaran pun masih sering bisa dibobol oleh hacker dan berbalik mengawasi penggunanya.
Lebih jauh, serangan hacker akan berubah menjadi konsepone-offdan menyasar perangkat yang saling terhubung dalam sebuah rumah 'pintar' seperti home router, Smart TV dan aplikasi mobile yang terkoneksi, misalnya mendapatkan untuk informasi penting dan pribadi.
2.Perangkat mobile jadi sasaran utama serangan cyber
Perubahan tren perangkat mobile yang bergeser ke arah dompet digital juga membawa dampak negatif tersendiri. Keberadaan Apple Pay dan teknologi NFC (Near Field Communication) bisa dijadikan pintu masuk serangan hacker.
Perangkat mobile memang dipandang sebagai target serangan baru mengingat smartphone dan tablet kini kerap dipakai sebagai media penyimpanan data pribadi dan rahasia utama dari seorang individu.
3.Privasi pengguna dilenyapkan oleh aplikasi mobile
Saat banyak pengguna internet enggan berbagi informasi identifikasi pribadi dan perbankan secara online, ternyata masih banyak yang bersedia untuk berbagi informasi mengenai lokasi mereka, serta memberikan akses untuk melihat foto-foto, daftar kontak, dan informasi kebugaran, semuanya untuk aplikasi mobile.
Celakanya, banyak konsumer benar-benar tidak tahu apa yang mereka setujui ketika mengunduh aplikasi. Misalnya Norton Research menunjukkan bahwa meskipun Millennial mungkin berpikir mereka tahu apa yang mereka berikan untuk diakses, kenyataannya adalah mereka tidak banyak mengetahui apa yang mereka setujui mengenai pertukaran informasi untuk aplikasi.
Hal ini pun menjadi celah tersendiri bagi oknum-oknum yang doyan mengembangkan aplikasi dan virus untuk tujuan kejahatan. Tak pelak, privasi dan data pengguna pun dapat lenyap dalam sekejap mata saat aplikasi mobil jahat itu terinstal.
4.Penipuan berbasis virus merajalela di internet
Menurut laporan Internet Security Threat Symantec, serangan ransomware (penipuan internet) tumbuh sebesar 500 persen dan berubah menjadi ganas di akhir 2013. Pertumbuhan ini disebabkan oleh keberhasilan Ransomcrypt, yang secara umum dikenal sebagai Cryptolocker.
Kasus penipuan internet di tahun 2015 diklaim juga terus berkembang dan cenderung berbasis virus. Apalagi perkembangan sistem pembayaran online kian memudahkan mereka mendapat uang tebusan.
Aksi-aksi menyandera dokumen yang terenkripsi untuk ditebus bukan hal yang sama sekali baru, tetapi mendapatkan uang tebusan sebelumnya telah terbukti merupakan masalah bagi para penjahat. Namun, baru-baru ini para pembuat ransomware sudah mulai memanfaatkan sistem pembayaran elektronik dan online seperti Bitcoins.
5.Kegiatan Hacking DDoS akan 'meledak'
Kemudahan melancarkan serangan berbasis hacking DDoS diprediksi akan membuat persebaran virus ini semakin gencar di tahun 2015. Motivasi di balik serangan DDoS pun makin beragam, misalnya mencari keuntungan, balas dendam, atau aksi hacktivism saja.
Apalagi saat ini sudah mulai terjadi peningkatan dalam penyusupan server Unix dan bandwidth tinggi yang menjadi tanda serangan dari DDoS. Skala serangan pun akan semakin besar, di akhir tahun ini saja Korea Utara sempat dilaporkan lumpuh internetnya akibat serangan hacking DDoS.
(merdeka.com)
0 Response to "5 Malapetaka ini menjadi ancaman serius internet di tahun 2015"
Posting Komentar