Didiagnosa Pneumonia, Dokter Forensik Sebut Hillary Clinton Diduga Diracun Trump dan Putin

Setelah didiagnosa pneumonia, calon presiden AS Hillary Clinton kini diduga telah diracun hingga jatuh sakit oleh rivalnya.

Usai kedapatan nyaris pingsan saat upacara peringatan peristiwa 9/11, kondisi kesehatan Clinton menimbulkan banyak spekulasi dan teori.

Semuanya berujung pada pertanyaan soal apakah kesehatan Clinton pantas membuatnya untuk menjabat sebagai Presiden AS.

Dokter yang memeriksa Clinton usai meninggalkan upacara 9/11 telah mengatakan bahwa mantan Menteri Luar Negeri itu menderita pneumonia.

Namun, ada lagi teori baru soal penyakit Clinton itu, datang dari seorang dokter forensik patologi ternama AS Bennet Omalu.

Menurutnya, ada kemungkinan Clinton diracun hingga jatuh sakit dalam upacara peringatan tersebut.

"Saya menyarankan tim kampanye Clinton untuk melakukan analisis toksikologi pada darah Clinton," tulisnya di Twitter, Senin (12/9/2016).

"Ada kemungkinan dia diracun," katanya.

Bahkan, Omalu mengatakan bisa jadi pelaku di baliknya adalah rivalnya dari Partai Republik Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Saya tak percaya pada Putin dan Trump. Untuk mereka berdua, soal meracun itu mungkin saja dilakukan," katanya lagi.

Omalu dikenal sebagai ahli forensik patologi dan neuropatologi terbaik dunia, yang pernah mencetak pencapaian bersejarah di bidang medis.

Namanya mencuat usai menemukan penyakit kronis traumatis dalam otak seorang pemain futbol profesional AS yang sudah meninggal dunia.

Teori soal diracun dari Omalu itu sempat membuat geger media berita dan netizen, namun hal itu malah dianggap konyol oleh tim kampanye Clinton.

"Tiap hari makin sulit rasanya mengikuti teori konspirasi soal Hillary Clinton. Lama-lama semakin konyol," kata juru bicara tim kampanye Clinton, Glen Caplin. (NY Daily News/The Sun)

0 Response to "Didiagnosa Pneumonia, Dokter Forensik Sebut Hillary Clinton Diduga Diracun Trump dan Putin"

Posting Komentar