Aplikasi 5 Kilogram Buatan Hacker Menolong Petani Bawang

Apa pentingnya bawang merah bagi empat hacker asal Bandung yang pernah sama-sama berkuliah di Universitas Telkom ini? Interaksi langsung Arif Setiawan, Martin Luter Nainggolan, Walesa Danto, dan Lisa Ayu dengan petani bawang di Brebes, Jawa Tengah, mungkin baru sekarang ini. Selebihnya, mereka hanya mengenal bawang sebagai bumbu penyedap masakan.

Namun kepedulian mereka terhadap petani bawang patut diapresiasi. Menurut mereka, tata niaganya harus dibereskan dengan melibatkan teknologi informasi. Harga bahan pokok yang dikonsumsi terbesar ketiga setelah beras dan gula ini kerap berfluktuasi karena rantai distribusi yang panjang. Ada disparitas harga yang jomplang di tingkat petani dan konsumen akhir.

Alih-alih mendapat untung, petani malah kerap merugi. Saat panen raya, pasokan di pasar melimpah karena petani menjual secara bersamaan, harga bawang turun. Menjelang panen pun harga dibuat kian rendah oleh tengkulak dengan menggelontorkan bawang impor dari Filipina di pasar Bawang Brebes yang masuk lewat Pelabuhan Cirebon.

Pengumpulan data berbasis massa (crowdsourcing), seperti dalam KawalPemilu, efektif untuk mengetahui harga bawang terkini di tiap titik distribusi. Itu sebabnya, keempat hacker ini merespons ajakan Code4Nation—komunitas hacker yang dibentuk Ainun Najib dan kawan-kawan untuk menyelesaikan masalah negara—dengan ikut Hackathon Merdeka yang disponsori oleh Kantor Staf Presiden, 22-23 Agustus lalu.

Dalam ajang coding alias membuat program secara maraton itu, aplikasi mobile mereka, “5 Kilogram”, terpilih sebagai terbaik pertama. Melalui 5 Kilogram, petani bawang Jatibarang, misalnya, bisa bertransaksi langsung dengan ibu rumah tangga di Depok. Menguntungkan keduanya, karena harga optimal ketimbang lewat distribusi konvensional. Pemerintah pun bisa mengontrol harga.

Ainun Najib, yang juga penggagas KawalPemilu, LaporPresiden, dan Hackathon Merdeka ini berpromosi 5 Kilogram sebagai penolong petani bawang dari tengkulak. “Jual bawang merah Brebes langsung dari petani Brebes. Harga pasti 15 persen lebih murah daripada harga pasar per hari Anda order,” tulis Ainun dalam posting di Facebook.

Hackathon, yang berasal dari kata hacker dan marathon, sudah beberapa kali digelar oleh beragam institusi tahun ini. Misalnya HackJak 2015 yang digelar Pemerintah DKI Jakarta Juli lalu atau Hackathon Hardware dalam rangkaian Big Data Week pada Maret lalu. Tapi Hackathon Merdeka mengklaim ini pertama kali kolaborasi antara komunitas hacker dan pemerintah. Selama ini, kerja sama keduanya paling jauh adalah penyelenggaraan konferensi.

Ajang Hackathon Merdeka berhasil menghimpun 462 peserta yang mendaftar dari seluruh Tanah Air. Pada hari pelaksanaannya, sebanyak 163 peserta dalam 59 tim berhasil menyelesaikan aplikasi. Tiga aplikasi terbaik adalah 5 Kilogram; Primoditi, karya Tim Pasar Laut; dan Pantau Harga dari Tim Coding Stelsel.

Sepekan ini, Arif, Lisa, dan Walesa, blusukan di Brebes. Mereka mencoba merealisasi solusi yang mereka tawarkan kepada petani bawang di sana. Mereka mengemas sendiri bawang hingga 6 kuintal untuk memenuhi pre-order gelombang pertama. Mereka juga yang mengirimkan ke para pemesan. “Kami sedang belajar sistem distribusi,” tulis Lisa dalam pesan pendeknya. Begitulah hacker bawang merah.

(tempo.co)

0 Response to "Aplikasi 5 Kilogram Buatan Hacker Menolong Petani Bawang"

Posting Komentar